counter

Jumat, 28 Maret 2014

EM4 si Ramah Lingkungan dengan Seribu Manfaat


 EM4 si Ramah Lingkungan dengan seribu manfaat

Samsul Bahri  (13.13101.10.25)


Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIK Bina Husada Palembang

EM4 merupakan produk alamiah ramah lingkungan yang bisa digunakan multi fungsi tanpa bahan kimia,  tidak hanya bermanfaat bagi aneka usaha agrobisnis, tetapi juga mendukung kebersihan dan kesehatan lingkungan.. Kegunaan produk ini sesuai dengan nama labelnya. EM-4 bermanfaat menghilangkan bau tak sedap pada kamar mandi/WC. Biasanya dijual dalam bentuk cair, warna cokelat kekuningan, serta mengandung berbagai mikroorganisme. Masing-masing mikroorganisme ini mempunyai kerja yang sangat spesifik, kemudian saling bersinergi dalam mengurai limbah organik serta menangkap gas penyebab bau tidak sedap (misalnya H2S dan NH3).
Selain itu, bisa digunakan untuk mengatasi saluran air/ WC yang tersumbat. Hal ini bisa menghemat biaya pengurasan septictank, dan yang terpenting ramah lingkungan. Kalau mau, Anda juga dapat menggunakannya untuk membuat kompos. Bukan hanya untuk toilet, EM-4 juga dapat digunakan untuk mengolah kotoran dan air kencing ternak sebagai pupuk. Limbah ternak (kotoran dan sisa pakan) dikumpulkan, lalu disiram larutan EM aktif dengan konsentrasi 1-10 % sebanyak 1 liter/m3. Bau busuk dari limbah pun akan tertekan. Setelah 1 minggu, limbah dapat digunakan untuk memupuk tanaman. Sedangkan limbah cair dari air kencing ternak ditampung, kemudian dicampur EM dan molase, diencerkan dengan air sebanyak 20 kali lipat dan difermentasi selama seminggu. Limbah cair ini akan menjadi bokashi cair. Hasilnya bisa digunakan menyiram tanaman, setelah diencerkan 500-1.000 kali dari volume semula. Irit bukan? Pengolahan Limbah Sebenarnya EM-4 Pengolahan Limbah juga memiliki karakteristik yang sama. Dengan memanfaatkan konsep mikrobiologi daur ulang limbah, ia mampu memfermentasi limbah organik cair maupun padat secara efektif.
Sampah-sampah organik pun cepat terurai, serta mampu menekan bau tidak sedap. EM-4 ini juga bisa digunakan mendaur ulang limbah organik menjadi kompos (pupuk organik) atau bokashi. Kita dapat membuat pupuk bokashi cair maupun padat. Misalnya untuk membuat bokashi padat, campurkan sampah organik dan bahan organik lainnya secara merata. Tuangkan larutan EM Bokashi Padat sedikit demi sedikit secara merata. Kandungan air sekitar 30-40 persen dan suhu ideal 50 derajat Celcius (C). Fermentasi berlangsung sekitar 5-7 hari dalam keadaan tertutup. Jika suhu melebihi 50 derajat C, segera lakukan pengadukan atau pembalikan kompos. Pupuk yang sudah matang memiliki bau khas yang sedap, dan ditumbuhi jamur putih. Jika berbau busuk, berarti pembuatan bokashi gagal.
Bahkan EM-4 juga kerap digunakan untuk memperbaiki kualitas air sungai, danau, dan pantai. Dampaknya, air sungai menjadi jernih, lumpur tergerus, dan bau busuk berkurang. Sebenarnya berbagai persoalan seputar kebersihan dan kesehatan lingkungan dapat diatasi dengan aplikasi EM-4.  Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah.

Proses pembuatan EM4 
1.Alat yang digunakan
- Timbangan
- Pisau
- Tatakan
- tempat bersih (ember/baskom)
-saringa
- botol bersih

2. Bahan-bahan 
- pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
- Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
- nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
- kangkung air 0,25 kg
- kacang panjang 0,25  kg
- gula pasir 1 kg
- tuak 0,5 liter
- batang pisang muda 1,5 kg

3. cara membuat
haluskan semua bahan, campurkan menjadi satu, masukkan kedalam tempat tertutup, tunggu sampai 7 hari, ambil dan saring airnya, kemudian masukkan kedalam boto bersih, tutup rapat dan beri label. EM4 siap digunakan.

4. dokumentasi pembuatan EM4
































Jumat, 14 Maret 2014

Jejak Ekologi Pribadi


TUGAS MATA KULIAH
ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN

“JEJAK EKOLOGIS”
(ECOLOGICAL FOOTPRINT)

Description: C:\Users\jghjkh\Downloads\kakinorang.jpg

NAMA       :Ns. Samsul Bahri, S. Kep
NPM           :13.13101.10.25

DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR.Ir. H. SUPLI EFFENDI RAHIM, M.Sc


PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
STIK BINA HUSADA
TAHUN 2014










BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar belakang
Menurut Undang –Undang No.  32 Tahun 2009, yang mengungkapkan bahwa pertama daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.  Kedua daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Selain itu menarik dengan adanya definisi daya dukung menurut pakar seperti pendapat Soemarwoto pada tahun 2001 yang mengungkapkan daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Kemudian lain pula pendapat Khanna pada tahun 1999, yang memaparkan daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
                Kadang tanpa kita sadari dalam suatu masa pasti ada warna yang jadi tren. Pada awalnya millennium (akhir 1990 sampai awal 2000), warna yang mendominasi adalah perak, dan masa kelahiran web 2.0 ( pertengahan 2000) diwarnai oleg orange dan abu-abu tua. Pada akhir dekade ini, temanya apalagi kalau bukan hijau.
Kesadaran masyarakat bumi terhadap pemanasa global meski tetap merusak bumi telah memicu gerakan cinta lingkungan secara besar-besaran. Sekarang hampir semua perusahan besar sudah menerapkan kebijakan “teknologi hijau”. Terlepas dari bagamana sikap perusahan besar, kita sebagai penduduk biasa di bumi juga bisa ikut melestarikan lingkungan secara pribadi, baik lingkungan di dunia maya maupun lewat dunia maya.
Ada satu istilah yang berkaitan dengan gaya hidup orang modern dan kelestarian lingkungan. Namanya “ecological footprint” atau kalau diterjemahkan secara bebas artinya “jejak ekologi”. Semua aktivitas dan kebutuhan hidup manusia dari lingkungan harus disesuaikan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia.  Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini dikenal dengan sebutan jejak ekologi (ecological footprint). Manusia harus mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan lahan yang dibutuhkan. 
Setiap kita memainkan satu peranan dalam memastikan kesehatan masa depan dan kesejahteraan bagi semua orang, hewan, tumbuh-tumbuhan dan ekosistem di planet ini. Pilihan yang bertanggung jawab dapat membantu kita menghemat energi, melindungi habitat dan membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia.
Jejak ekologi pada asasnya ialah kemampuan sumber tanah dan air menyediakan sumber yang diperlukan oleh manusia ( makanan, minuman, tempat tinggal dan lain-lain) serta kemampuan untuk bumi untuk menyerap semua bahan buangan manusia sesudah mereka menggunakannya. Dengan kata lain sumber yang digunakan oleh manusia dibandingkan dengan kemampuan bumi untuk menghasilkan semua bahan yang sudah digunakan. Konsep ini pada awalnya dibangunkan oleh Profesor Willian Rees dari Universiti British Colombia pada tahun 1992.
Kini konsep jejak ekologi telah digunakan dengan meluas sebagai petunjuk kelestarian alam sekitar. Jejak ekologi dapat membantu pihak governan merancang sistem kehidupan manusia. Manusia di dalam memenuhi kehendak menjalankan aktivitas ekonomi seperti pertanian, pembalakan, dan sebagainya. Melalui jejak ekologi, penggunaan sumber alam oleh manusia dapat diketahui, semua penggunaan tenaga seperti tenaga biomas,air,bahan binaan kepada kiraan ukuran tanah yang dinamakan global hektar (atau di dalam unit yang dinamakan gha)
Semakin besar kiraan global hektar semakin besar jejak ekologi. Semakin besar jejak ekologi, maksudnya sumber alam digunakan secara leluasa, tanpa perancangan yang baik. Hal ini karena permintaan terhadap sumber alam terlalu banyak mengatasi kemampuan bumi untuk menghasilkan semula bahan yang sudah digunakan. Jadi jejak ekologi merupakan konsep yang sangat berkait dengan pembangunan yang lestari serta penerapan konsep kehidupan yang mesra alam. Pembangunan yang terancang serta mementingkan konsep mesra alam menjadi petunjuk jejak ekologi yang rendah. Setiap aspek akan diambil untuk membangunkan sektor ekonomi seperti tenaga yang digunakan, penggunaan ruang tanah, akibat penggunaan sumber alam tadi, dan langkah penyesuaian atau pemeliharaan serta pemeliharaan untuk mengekalkan keseimbangan ekologi demi generasi akan datang.
Di dalam ajaran islam juga mengajarkan tentang keseimbangan ekologi. Hal ini dapat dilihat dalam surat Yaasin ayat 39 sebagai berikut :

لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

“Dan bulan, telah Kami tetapkan manzilah-manzilab baginya, sehingga ia kembali sebagai bentuk tandan yang tua” (QS: Yaasin:39)
Bulan juga telah diprogram dengan suatu ketetapan untuk berjalan melintasi fase-fasenya yang berbeda-beda. Tanpa fase-fase ini kehidupan dan keseimbangan ekologi bumi tidak dapat berlanjut. Bulan dan cahayanya memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan siklus pertumbuhannya, juga terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, karena adanya pasang surut yang ditimbulkannya. Siklus bulan-membesar dan menciut-melambangkan siklus alam dan tumbuh hingga mencapai puncaknya kemudian menciut dan akhirnya mati. Segala yang ada di alam mengalami siklus perputaran, termasuk manusia yang berkembang dari posisi lemah ketika bayi menjadi kuat secara fisik ketika dewasa, dan akhirnya kembali lagi ke posisi lemah ketika tua sampai akhirnya meninggal.

B.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui gambaran  dan metode pengukuran jejak ekologis penulis dalam satu tahun.
2.      Memberikan gambaran kebutuhan lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Ekological Footprint
a.      Pengertian
Ecological Footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari populasi manusia dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam hektar. Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewatinya, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi.
            Ecological Footprint secara sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya konsumsi sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa), serta sampah yang kita produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang produktif secara biologis dalam satuan luasan hektar (ha).

b.      Konsep Ecologi footprint
Tapak ekologi (Ecological Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap cadangan dan daya dukung bumi
Memahami tapak ekologi memungkinkan untuk melihat seberapa besar kekayaan alam (‘renewable’) yang masih tersisa, dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya
Tapak ekologi atau ecological footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan mengomunikasikan dampak pemanfaatan sumber daya pada lingkungan. Komponen yang dianalisis dalam tapak ekologi adalah penggunaan energy langsung.
Ø   material dan limbah
Ø   pangan
Ø   transport personal
Ø   air
Ø   bangunan

c.                  Perilaku konsumen
Jika manusia (secara keseluruhan, kaya ataupun miskin) menjadi tertuduh atas penyebab kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, apa yang bisa dilakukan. Sekarang ini target yang dilakukan oleh para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilaku.
Ada empat faktor yang diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku manusia, baik secara individual maupun kolektif yaitu :
1.      Nilai-nilai moral dan budaya didalamnya termasuk nilai keagamaan yang mengkristal.
Dengan keyakinan, seseorang akan terdorong untuk tidak cenderung merusak atau melakukan sesuatu berlebih-lebihan. Misalnya agama sangat menganjurkan manusia tidak berlaku boros dan bertindak mubazir. Di lain pihak, budaya pula yang dapat mendorong atau menahan seseorang berperilaku konsumtif dan hedonis.
2.      Pendidikan, yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas seseorang, baik individu maupun kolektif, dalam menyikapi dan mengubah diri untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
3.      Perundang-undangan atau aturan dan tata kerja yang jelas, yang mendorong manusia tidak akan secara sembrono menguras sumber daya alam. Kealpaan dalam menerapkan sistem legal ini sangat krusial dan pernah terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan dan pembatasan kepemilikan hak pengusahaan hutan. Seorang taipan pernah diperbolehkan menguasai konsesi hingga 5 juta hektare dan berhasil mempercepat pengurasan sumber daya kemudian menimbulkan kerugian negara.
4.      Harga pasar, yang mendorong seseorang bergerak mengeksploitasi sumber daya guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Contoh yang baik sekarang ini tengah terjadi. Ketika crude palm oilmeninggi, animo dan nafsu para investor serta pelaku bisnis akan lebih agresif guna membuka kebun-kebun sawit baru, sehingga mereka harus menggusur hutan-hutan alam yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi jangka panjang serta bermanfaat di masa yang akan datang.


Jejak ekologis adalah ukuran seberapa besar kebutuhan manusia akan sumber daya alam dibandingkan dengan ketersediaannya di bumi. Misalnya, saat membeli sebuah pakaian baru berarti kita telah menghabiskan sejumlah sumber daya alam. Katakanlah sekian liter air digunakan untuk menyirami si pohon kapuk yang akan dijadikan kain. Selain itu kita juga menghabiskan sejumlah bahan bakar minyak untuk mengangkut kapuk tersebut ke pabrik. Juga bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesin yang akan mengolah kapuk hingga menjadi kain.
Sebut saja kain tersebut kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit listrik, maka kita juga telah menggunakan sejumlah energi dari batu bara untuk membangkitkan sumber listrik. Kemudian bahan bakar minyak juga digunakan untuk mengangkut pakaian yang telah jadi untuk dipasarkan. Jika pakaian ini adalah hasil impor dari luar negri, tentu lebih banyak lagi bahan bakar yang dibutuhkan untuk membuatnya sampai ke tangan kita.
Jejak kaki ekologis menganalisa perbandingan kebutuhan manusia terhadap alam dengan kemampuan alam untuk meregenerasi sumberdayanya. Jejak kaki ekologis diukur dengan menganalisa jumlah dari lahan produktif darat dan laut yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi yang diperlukan manusia. Dalam metode penghitungan jejak kaki ekologis, semua bentuk sumber daya alam dikonversi dalam sebuah satuan pengukuran yang disebut global hektar (gha).
Dengan menggunakan asesmen ini, memungkinkan untuk memperkirakan berapa banyak bagian dari planet bumi yang akan dibutuhkan untuk mendukung kehidupan setiap orang dengan gaya hidup yang dijalaninya.

B.                  Penduduk dan Daya Dukung Lingkungan
Manusia dengan berbagai macam kegiatannya menghasilkan limbah. Ketika jumlah penduduk masih sedidik terdapat keseimbangan antara jumlah limbah yang dibuang dengan kemampuan pemurnian dari lingkungan sehingga lingkungan tidak mengalami pencemaran atau tingkat pencemaran yang rendah (Soemarwoto, 1995).
Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk disuatu wilayah maka jumlah limbah yang dihasilkan melampaui kemampuan lingkungan untuk memurnikan diri akibatnya terjadilah pencemaran lingkungan.
            Dihubungkan dengan jumlah penduduk yang dapat ditampung oleh lingkungan hidup disuatu wilayah secara berkelanjutan, konsep daya dukung menjadi lebih rumit karena peranan yang unik dari kebudayaan manusia. Terdapat tiga factor kebudayaan yang saling terkait secara kritikal dengan daya dukung suatu wilayah (ranganathan dan daily, 2003) yaitu :
1.      Perbedaan-perbedaan individual dalam hal tipe dan kuantitas sumber daya yang dikonsumsi.
2.      Perubahan yang cepat dalam hal pola konsumsi sumberdaya.
3.      Perubahan teknologi dan perubahan budaya lainnya.

Ecological footprint (jejak ekologi) adalah suatu metode penghitungan sumberdaya yang memperkirakan konsumsi sumberdaya alam dan penyerapan limbah yang diperlukan sebuah populasi manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk :
1.         Luas lahan area produktif (Wackernagel and Rees, 1996).
Analisis jejak ekologi ini menghitung dampak aktifitas manusia terhadap alam. Metode ini mampu menjawab pertanyaan dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu seberapa besar sumberdaya alam yang telah digunakan manusia dibandingkan dengan ketersediaannya sehingga konsep ini dapat membantu mencapai pembangunan keberlanjutan. Menurut Wackernagel et.al. (2005) penelitian tentang jejak ekologi merupakan salah satu upaya mendukung keberhasilan pemerintah nasional ataupun lokal dalam membantu penduduknya hidup berkecukupan baik sekarang maupun dimasa depan. Walaupun keberadaan modal alami, kemampuan alam untuk menyediakan sumber daya dan pelayanan ekologi bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan ini. Namun tanpa modal alami, visi tersebut menjadi tidak mungkin untuk diwujudkan. Hasil penelitian Globalfootprint Network tahun 2006 dengan populasi penduduk dunia 6,6 milyar jiwa, menunjukan total biocapacity (kapasitas produksi secara hayati) adalah 11,9 milyar global hektar (gha) atau 1,8 gha perkapita, sedangkan total jejak ekologi adalah 17,1 milyar gha atau 2,6 gha perkapita. Hal ini berarti rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,8 gha, yang berarti diperlukan 1,44 planet bumi untuk menopang kehidupan manusia. Penggunaan bumi berdasarkan jejak ekologi tahun 2006 adalah jejak karbon (carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar gha, jejak pertanian (cropland footprint) 3,7 gha, jejak hutan (forest footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan (grazingfootprint) 1,4 gha, jejak perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan jejak terbangun (build footprint)    0,4 gha (Globalfootprint network, 2006).
2.         Jika konsumsi manusia lebih besar dari biokapasitas alam akan mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat ekstraksi sumberdaya alam yang berlebihan dan akan menurunkan kemampuan alam dalam mendukung kebutuhan hidup manusia. Salah satu konsumsi yang besar pengaruhnya dalam perhitungan jejak ekologi adalah konsumsi pangan (Wackernagel and Rees, 1996). Jejak makanan (food footprint) menghitung dampak aktifitas konsumsi pangan manusia terhadap alam. Dampak meliputi area lahan yang dibutuhkan untuk memproduksi biomassa, lahan hutan untuk menyerap sampah dan CO2 dalam produksi tersebut dan lahan perairan dalam memproduksi perikanan. Semakin jauh lokasi sumber pangan dengan konsumen dan semakin sering mengkonsumsi pangan kemasan, maka semakin besar pula luasan lahan yang diperlukan untuk memenuhinya(Bond, 2002).

            Penghitungan ekologi Footprint selalu didasarkan dengan lima asumsi (venetoulis dan thalberth, 2005) sebagai berikut :
1.  Sangat mungkin menelusuri jejak hampir seluruh sumber daya yang dikonsumsi orang dan limbah yang dihasilkannya. Informasi ini dapat ditemukan di kantor statistic.
2.  Hampir semua sumber daya dan aliran limbah dapat dikonfersi menjadi area produktif biologis yang dibutuhkan untuk memelihara aliran tersebut.
3.      Perbedaan area dapat diekspresikan dalam satu unit yang sama (hektar atau are) yang disebut dengan skala proporsional produktivitas biomassa.
4.    Sesudah setiap ukuran lahan distandarisasi yang menunjukan jumlah yang sama dari produktivitas biomassa, maka dapat ditambah dengan jumlah permintaan yang ditunjuk oleh manusia.
5.  Area bagi total untuk permintaan manusia ini dapat dibandingkan dengan jasa ekologis yang ditawarkan alam, saat itulah kita dapat menaksir area produktif diatas planet.


C.        Kebutuhan Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia
Tabel 1. Kebutuhan Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria
  
No
Kebutuhan Lahan
Jumlah (Ha/ orang)
Persentase
1
Lahan energi
0.201
25.70
2
Lahan terdegradasi
0.26
33.30
3
Kebun
0.026
3.33
4
Lahan pertanian
0.013
1.66
5
Lahan peternakan
0.072
9.21
6
Hutan
0.21
26.90
Total Kebutuhan Lahan
0.78
100
Sumber : Laporan Final Kajian daya Dukung Lingkungan P.Jawa, Jakarta PT. Lemtek Konsultan Indonesia, 2007.

Rincian asumsi untuk menetapkan kebutuhan lahan perorang adalah :
1.      Kebutuhan pangan adalah berdasarkan 4 sehat 5 sempurna
2.      Kebutuhan papan digunakan standart T 76 perumahan dept. PU :90 m2 untuk keluarga terdiri dari 3 orang atau 20-30 m2 per orang.
3.      Kebutuhan transfortasi setara 120 kg beras /tahun
4.      Kebutuhan energi setara 120 kg beras / tahun
5.      Kebutuhan untuk daur ulang (air, CO2, limbah/sampah lainnya) setara dengan 120 liter air/hari untuk kemampuan hutan mendaur ulang air 0.3 liter air untuk setiap 1 liter dengan tinggi curah hujan rata-rata 2000-2500 mm dan 56 kg CO2 perhektar hutan serta keanekaragaman hayati.

Manusia hidup butuh PANGAN yang didapatkan dari proses BUDIDAYA TANAMAN, yang butuh lahan yang luas. Luasan lahan pertanian di Indonesia saat ini mengalami penciutan akibat perubahan fungsi.
Daya dukung bumi (earth carrying capacity) secara spasial berhubungan dengan ketersediaan lahan dimana suatu komunitas tinggal. Konsep kapasitas daya dukung bumi tersebut mengukur besaran maksimum populasi yang mampu ditopang secara berkelanjutan oleh luasan area tertentu di bumi.


BAB III
PEMBAHASAN

Analisis EF (ecological footprint) sendiri tampaknya beranjak dari pemikiran yang sederhana, yakni kapasitas daya dukung area (lahan) produktif (biocapacity) untuk hidup manusia. Lahan produktif itu hanya berupa daratan dan perairan, yang sebenarnya pun tak bisa dimanfaatkan keseluruhannya. Jadi berapa yang bisa diambil dari alam oleh manusia untuk hidup dan berapa sampah yang harus kembali dibuang ke alam oleh manusia dalam cakupan wilayah tertentu. Eksploitasi oleh manusia dari alam itu bisa dalam bentuk dan berbagai macam kegiatan, misal makan, transport, energi, dan sebagainya. Besaran area analisisnya adalah populasi penduduk yang bisa sangat bervariasi, mulai dari individu atau keluarga, atau melebar mulai dari kota, wilayah, negara, atau bahkan seluruh bumi. Kondisi saat ini pun diketahui bahwa kapasitas penggunaan alam untuk hidup manusia telah 23% melampui kemampuan regenerasi bumi itu sendiri. Dalam istilah EF, kelebihan dari kemampuan daya dukung alam ini disebut overshoot.
Mengutip temuan Mathis Wackernagel dkk. bahwa individu di bumi ini saat ini mengambil jatah rata-rata sekitar 2.2 ha, namun karena ada hak pula dari makhluk lain yang dinamakan “earth share”, maka jatah manusia sebenarnya tinggal 1.87 ha. Untuk kasus saat ini saja, penduduk bumi telah berhutang hampir 0.4 ha. Dari beberapa laporan studi ternyata juga terlihat bahwa makin majunya sebuah negara makin besar jejak ekologi yang harus dibayarnya. UAE 11.9, Amerika 9.5 ha, Inggris 5.45 ha, Wales 4.45 ha, Swiss 4 ha, Indonesia 1.1 ha, dan Bangladesh rata2 0.5 ha. Membacanya, untuk menuruti gaya hidup orang Amerika, maka area yang mereka huni harus dijembarkan menjadi 9.5 kalinya sekarang. Mereka juga telah mengalami apa yang dinamakan ecological deficit, sedang orang Bangladesh boleh lah disebut memiliki ecological reserve. istilah ini digunakan untuk membandingkan jejak ekologi dan kapasitas biologinya.
Beberapa faktor yang menjadi komponen penghitungan adalah bagaimana jejak rantai makanan (food), tempat berteduh (shelter), perjalanan untuk berkegiatan (mobility), barang (goods), jasa (service). Dari 5 jejak ini terasa mobilitas, makanan, dan perumahan mendapat porsi penyelidikan yang besar. Sebaliknya barang dan jasa hanya sekelumit mendapat penilaian.

Menghitung Jejak Ekologi Pribadi

Description: C:\Users\jghjkh\Downloads\download (1).png

Jejak ekologi adalah satu sistem yang mengukur seberapa banyak tanah dan air yang diperlukan populasi manusia untuk menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan menyerap limbah yang dihasilkannya. (Wackernagel & Rees, 1996)

Jejak Ekologis Saya
No.
Hal
Skor
A.
1.
Transportasi
Dengan apa anda bepergian hari ini?
  Berjalan
  Bersepeda
  Naik Angkutan Umum
  Menumpang
  Naik Kendaraan Pribadi
(Kalikan setiap skor dengan berapa sering hal tersebut dipakai dalam satu hari dan kemudian ditotalkan)


0
5
10
15
30
Sub–Total : 2 x 30 = 60
B.
1.
Pemakaian Air
Berapa banyak air yang dipakai ?
  Tidak mandi
  Mandi, 1-2 menit
  Mandi, 3-6 menit 2x 10
  Mandi, 10 menit
  Mandi dengan satu bath tub penuh
  Mandi dengan air ½ bath tub
  Mandi dengan air bekas orang lain
  Menggosok gigi dengan air keran tetap mengalir
  i.)      Mencukur kumis / jenggot dengan air kran tetap mengalir


0
5
20
20
20
10
10
5
5
Sub–Total : 20
C.
1.




2.



3.



4.



5.
Pakaian
Apakah anda memakai baju lebih dari sekali sebelum dicuci?
  Sering
  Kadang-kadang 2x 5
  Tidak pernah

Saya menggunakan pakaian bekas (diperbaiki)
  Ya
  Tidak

Saya memperbaiki baju saya sendiri
  Ya
  Tidak

50% dari baju saya adalah baju turunan
  Ya
  Tidak

Saya membesihkan dan mengeringkan baju
  None
  1-5 lembar
  > 6 lembar


0
10
10


-5
0


-5
0


-5
0


0
10
20
Sub–Total : 30
D.


1.




2.






3.
Rekreasi
Mengenali permainan, olahraga, dan aktivitas dimana anda terlibat, pada hari biasa diwaktu panjang
Seberapa banyak alat yang diperlukan
  Tidak ada atau sedikit
  Beberapa
  Cukup banyak

Seberapa luas lahan yang digunakan untuk bermain dilapangan, dataran es, kolam renang, untuk memenuhi kebutuhan rekreasi anda?
  Tidak ada atau sedikit
  Sedang  (< 1 hektar)
  Cukup besar (> 1 hektar)

Saya menghabiskan uang hari ini untuk belanja (pakaian, baju, peralatan olahraga, dll)
  Tidak ada
  $5  
  $10  
  d.) >$10




0
10
20




0
10
20



0
10
20
1 pt. per dollar
Sub–Total : 30
E.
1.





2.




3.



4.




5.




6.

Makanan
Berapa porsi daging yang dimakan sehari ?
  0
  1 porsi
  2 porsi
  3 porsi

Seberapa banyak makan bersisa dipiring ?
  Tidak ada
  Sedikit
  Cukup banyak

Saya mengkonsumsi sisa campuran sayur dan buah
  Ya
  Tidak

Makanan yang saya makan adalah makanan lokal?
  Semuanya
  Beberapa
  Tidak ada

Makanan yang saya makan adalah produk organik?
  Semuanya
  Beberapa
  Tidak ada

Makanan yang dikonsumsi dibungkus kertas / plastik ?
  Tidak
  Beberapa
  c.)    Semuanya


0
10
20
30


0
5
10


0
10


0
10
20


0
10
20


0
10
20
Sub–Total : 45
F.
1.
Sampah
Jika saya membuang seluruh sampah hari ini, seberapa besar tempat sampahnya ?
  Peti kayu
  Kotak sepatu
  Secangkir
  Tidak ada sampah



30
20
5
0
Sub–Total : 5
Total 1 = 190
G.
Ruang Tinggal
Hitung dalam satuan meter persegi ruang indoor yang diperlukan dalam keseharian, termasuk semua ruangan dirumah (termasuk garai, sekolah (kantin, kelas), kantor (ruang kantor pribadi, area kerja, toilet). Bagi luas total ruangan dengan jumlah orang didalamnya
Contoh :
Living Space Averages         Educ.Space / Per Student
Ave Dorm Space – 25 sq m  Classroom and Lab – 30 sq m
Ave Apt. Space  - 35 sq m   Administration – 3 sq m
                                         Other – 5 sq m
Add up “a-d”  for “Total Square Meters”
( 1 sq. meter = 10 sq. feet)
a)      “Home” sq. meters = 240
Divided by # of people = 40
b)      Schools sq. meters =_________________ sq. meters
Divided by # of people = _____________ sq. meters
c)      Office sq. meters = 100 sq. meters
Divided by # of people = 2  sq. meters
d)     Other sq. meters = ________________ sq. meters
Divided by # of people = ___________ sq. meters




















Total 2 = 40 + 2 = 42
TOTAL KESELURUHAN  = (Total 1 + Total 2) X 3
= (190 + 42) X 3 = 696
Anda telah menghitung total dari “tiga” tipikal dari keseharian anda. Sekarang ubah total keseluruhan tersebut menjadi jejak ekologis pribadi anda, menggunakan rumus dibawah :

Total keseluruhan dibagi 100 = Jejak Ekologis anda dalam satuan hektar
Jejak Ekologis Pribadi = 696 / 100 = 6,96 hektar.



BAB IV
PENUTUP

                      Dalam hitungan jejak ekologi (ecological footprint), kita bisa menilai sejauhmana tingkat konsumsi kita mempengaruhi kualitas lingkungan hidup kita dan tentu saja berapa besar kemudian korban yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan hidup yang bersumber dari pola konsumsi. Hitungan jejak ekologi ini memang cara menghitung dengan cepat dan relatif akurat untuk perseorangan yang bisa dihitung perbulan atau pertahun, dan tentu saja ini bisa diterapkan dimana saja termasuk di Indonesia yang tingkat kerusakan ekologinya begitu tinggi. Hasil dari hitungan ecological footprint kita mungkin akan sangat mengagetkan, tapi hitungan ini sekaligus bisa menjadi “alat” bagi kita untuk mulai mengurangi tingkat konsumerisme dalam kehidupan sehari-hari.



Daftar Pustaka


"Global Footprint Network Homepage." Global Footprint Network. www.footprintnetwork.org
Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis 

http://www.ecologyfund.com/registry/ecology/res_bestfoot.html.

Monfreda, C., M. Wackernagel and D. Deumling. "Establishing national natural capital accounts based on detailed Ecological Footprint and biological capacity assessments." Land Use Policy 21 (2004): 231-246.

Wackernagel, Mathis and W. Rees. Our Ecological Footprint. Gabriola Island, BC: New Society Publishers, 1996.