TUGAS MATA KULIAH
ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
“JEJAK EKOLOGIS”
(ECOLOGICAL FOOTPRINT)
NAMA :Ns. Samsul Bahri, S. Kep
NPM :13.13101.10.25
DOSEN
PEMBIMBING
PROF.
DR.Ir. H. SUPLI EFFENDI RAHIM, M.Sc
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
STIK BINA HUSADA
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Undang –Undang No. 32 Tahun 2009, yang mengungkapkan
bahwa pertama daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Kedua daya
tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Selain itu menarik dengan adanya definisi daya dukung menurut
pakar seperti pendapat Soemarwoto pada tahun 2001 yang mengungkapkan daya
dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan alamiah, yaitu
berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per
satuan luas dan waktu di daerah itu. Kemudian lain pula pendapat Khanna
pada tahun 1999, yang memaparkan daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2
(dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan
kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Kadang
tanpa kita sadari dalam suatu masa pasti ada warna yang jadi tren. Pada awalnya
millennium (akhir 1990 sampai awal 2000), warna yang mendominasi adalah perak,
dan masa kelahiran web 2.0 ( pertengahan 2000) diwarnai oleg orange dan abu-abu
tua. Pada akhir dekade ini, temanya apalagi kalau bukan hijau.
Kesadaran masyarakat bumi terhadap pemanasa global meski tetap
merusak bumi telah memicu gerakan cinta lingkungan secara besar-besaran.
Sekarang hampir semua perusahan besar sudah menerapkan kebijakan “teknologi
hijau”. Terlepas dari bagamana sikap perusahan besar, kita sebagai penduduk
biasa di bumi juga bisa ikut melestarikan lingkungan secara pribadi, baik
lingkungan di dunia maya maupun lewat dunia maya.
Ada satu istilah yang berkaitan dengan gaya hidup orang modern dan
kelestarian lingkungan. Namanya “ecological footprint” atau kalau diterjemahkan
secara bebas artinya “jejak ekologi”. Semua aktivitas dan kebutuhan hidup manusia dari lingkungan harus
disesuaikan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan
manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini dikenal dengan
sebutan jejak ekologi (ecological footprint). Manusia harus
mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan
hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan
produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan
produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan
lahan yang dibutuhkan.
Setiap kita memainkan satu peranan dalam memastikan kesehatan masa
depan dan kesejahteraan bagi semua orang, hewan, tumbuh-tumbuhan dan ekosistem
di planet ini. Pilihan yang bertanggung jawab dapat membantu kita menghemat
energi, melindungi habitat dan membangun masa depan yang berkelanjutan bagi
masyarakat di seluruh dunia.
Jejak ekologi pada asasnya ialah kemampuan sumber tanah dan air
menyediakan sumber yang diperlukan oleh manusia ( makanan, minuman, tempat
tinggal dan lain-lain) serta kemampuan untuk bumi untuk menyerap semua bahan
buangan manusia sesudah mereka menggunakannya. Dengan kata lain sumber yang
digunakan oleh manusia dibandingkan dengan kemampuan bumi untuk menghasilkan
semua bahan yang sudah digunakan. Konsep ini pada awalnya dibangunkan oleh Profesor
Willian Rees dari Universiti British Colombia pada tahun 1992.
Kini konsep jejak ekologi telah digunakan dengan meluas sebagai
petunjuk kelestarian alam sekitar. Jejak ekologi dapat membantu pihak governan
merancang sistem kehidupan manusia. Manusia di dalam memenuhi kehendak
menjalankan aktivitas ekonomi seperti pertanian, pembalakan, dan sebagainya.
Melalui jejak ekologi, penggunaan sumber alam oleh manusia dapat diketahui,
semua penggunaan tenaga seperti tenaga biomas,air,bahan binaan kepada kiraan
ukuran tanah yang dinamakan global hektar (atau di dalam unit yang dinamakan
gha)
Semakin besar kiraan global hektar semakin besar jejak ekologi.
Semakin besar jejak ekologi, maksudnya sumber alam digunakan secara leluasa,
tanpa perancangan yang baik. Hal ini karena permintaan terhadap sumber alam
terlalu banyak mengatasi kemampuan bumi untuk menghasilkan semula bahan yang
sudah digunakan. Jadi jejak ekologi merupakan konsep yang sangat berkait dengan
pembangunan yang lestari serta penerapan konsep kehidupan yang mesra alam.
Pembangunan yang terancang serta mementingkan konsep mesra alam menjadi
petunjuk jejak ekologi yang rendah. Setiap aspek akan diambil untuk
membangunkan sektor ekonomi seperti tenaga yang digunakan, penggunaan ruang
tanah, akibat penggunaan sumber alam tadi, dan langkah penyesuaian atau
pemeliharaan serta pemeliharaan untuk mengekalkan keseimbangan ekologi demi
generasi akan datang.
Di dalam ajaran islam juga mengajarkan tentang keseimbangan
ekologi. Hal ini dapat dilihat dalam surat Yaasin ayat 39 sebagai berikut :
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan bulan, telah Kami tetapkan manzilah-manzilab baginya,
sehingga ia kembali sebagai bentuk tandan yang tua” (QS: Yaasin:39)
Bulan juga telah diprogram dengan suatu ketetapan untuk berjalan
melintasi fase-fasenya yang berbeda-beda. Tanpa fase-fase ini kehidupan dan
keseimbangan ekologi bumi tidak dapat berlanjut. Bulan dan cahayanya memiliki
pengaruh besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan siklus pertumbuhannya, juga
terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, karena adanya pasang surut yang
ditimbulkannya. Siklus bulan-membesar dan menciut-melambangkan siklus alam dan
tumbuh hingga mencapai puncaknya kemudian menciut dan akhirnya mati. Segala
yang ada di alam mengalami siklus perputaran, termasuk manusia yang berkembang
dari posisi lemah ketika bayi menjadi kuat secara fisik ketika dewasa, dan
akhirnya kembali lagi ke posisi lemah ketika tua sampai akhirnya meninggal.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
gambaran dan metode pengukuran jejak ekologis penulis dalam satu
tahun.
2.
Memberikan gambaran
kebutuhan lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekological Footprint
a. Pengertian
Ecological Footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari
populasi manusia dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam
hektar. Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran
prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator
terbaik dan efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini
menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang
kita lakukan masih dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah
melewatinya, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan
kualitas) ekologi.
Ecological
Footprint secara sederhana dapat
ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya konsumsi sumberdaya alam (baik
berupa produk ataupun jasa), serta sampah yang kita produksi dan disetarakan
dengan area permukaan bumi yang produktif secara biologis dalam satuan luasan
hektar (ha).
b. Konsep Ecologi footprint
Tapak ekologi (Ecological
Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap
cadangan dan daya dukung bumi
Memahami tapak ekologi
memungkinkan untuk melihat seberapa besar kekayaan alam (‘renewable’) yang
masih tersisa, dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap
ketersediaannya
Tapak ekologi atau
ecological footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan
mengomunikasikan dampak pemanfaatan sumber daya pada lingkungan. Komponen yang
dianalisis dalam tapak ekologi adalah penggunaan energy langsung.
Ø
material dan limbah
Ø
pangan
Ø
transport personal
Ø
air
Ø
bangunan
c. Perilaku konsumen
Jika manusia (secara
keseluruhan, kaya ataupun miskin) menjadi tertuduh atas penyebab kerusakan
lingkungan dan perubahan iklim, apa yang bisa dilakukan. Sekarang ini target
yang dilakukan oleh para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera mungkin
orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilaku.
Ada empat faktor yang
diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku manusia, baik secara
individual maupun kolektif yaitu :
1. Nilai-nilai moral dan budaya didalamnya termasuk
nilai keagamaan yang mengkristal.
Dengan keyakinan,
seseorang akan terdorong untuk tidak cenderung merusak atau melakukan sesuatu
berlebih-lebihan. Misalnya agama sangat menganjurkan manusia tidak berlaku
boros dan bertindak mubazir. Di lain pihak, budaya pula yang dapat mendorong
atau menahan seseorang berperilaku konsumtif dan hedonis.
2. Pendidikan, yang diharapkan mampu meningkatkan
kapasitas seseorang, baik individu maupun kolektif, dalam menyikapi dan
mengubah diri untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
3. Perundang-undangan atau aturan dan tata kerja
yang jelas, yang mendorong manusia tidak akan secara sembrono menguras sumber
daya alam. Kealpaan dalam menerapkan sistem legal ini sangat krusial dan pernah
terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan dan pembatasan kepemilikan
hak pengusahaan hutan. Seorang taipan pernah diperbolehkan menguasai konsesi
hingga 5 juta hektare dan berhasil mempercepat pengurasan sumber daya kemudian
menimbulkan kerugian negara.
4. Harga pasar, yang mendorong seseorang bergerak
mengeksploitasi sumber daya guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Contoh yang baik sekarang ini tengah terjadi. Ketika crude palm oilmeninggi,
animo dan nafsu para investor serta pelaku bisnis akan lebih agresif guna
membuka kebun-kebun sawit baru, sehingga mereka harus menggusur hutan-hutan
alam yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi jangka panjang serta bermanfaat
di masa yang akan datang.
Jejak ekologis adalah ukuran seberapa besar
kebutuhan manusia akan sumber daya alam dibandingkan dengan ketersediaannya di
bumi. Misalnya, saat membeli sebuah pakaian baru berarti kita telah
menghabiskan sejumlah sumber daya alam. Katakanlah sekian liter air digunakan
untuk menyirami si pohon kapuk yang akan dijadikan kain. Selain itu kita juga
menghabiskan sejumlah bahan bakar minyak untuk mengangkut kapuk tersebut ke
pabrik. Juga bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesin yang akan mengolah
kapuk hingga menjadi kain.
Sebut saja kain tersebut kemudian dijahit dengan
menggunakan mesin jahit listrik, maka kita juga telah menggunakan sejumlah
energi dari batu bara untuk membangkitkan sumber listrik. Kemudian bahan bakar
minyak juga digunakan untuk mengangkut pakaian yang telah jadi untuk
dipasarkan. Jika pakaian ini adalah hasil impor dari luar negri, tentu lebih
banyak lagi bahan bakar yang dibutuhkan untuk membuatnya sampai ke tangan kita.
Jejak kaki ekologis menganalisa perbandingan
kebutuhan manusia terhadap alam dengan kemampuan alam untuk meregenerasi
sumberdayanya. Jejak kaki ekologis diukur dengan menganalisa jumlah dari lahan
produktif darat dan laut yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi yang
diperlukan manusia. Dalam metode penghitungan jejak kaki ekologis, semua bentuk
sumber daya alam dikonversi dalam sebuah satuan pengukuran yang disebut global
hektar (gha).
Dengan menggunakan asesmen ini, memungkinkan
untuk memperkirakan berapa banyak bagian dari planet bumi yang akan dibutuhkan
untuk mendukung kehidupan setiap orang dengan gaya hidup yang dijalaninya.
B. Penduduk dan Daya Dukung Lingkungan
Manusia dengan berbagai
macam kegiatannya menghasilkan limbah. Ketika jumlah penduduk masih sedidik
terdapat keseimbangan antara jumlah limbah yang dibuang dengan kemampuan
pemurnian dari lingkungan sehingga lingkungan tidak mengalami pencemaran atau
tingkat pencemaran yang rendah (Soemarwoto, 1995).
Dengan makin
meningkatnya jumlah penduduk disuatu wilayah maka jumlah limbah yang dihasilkan
melampaui kemampuan lingkungan untuk memurnikan diri akibatnya terjadilah
pencemaran lingkungan.
Dihubungkan
dengan jumlah penduduk yang dapat ditampung oleh lingkungan hidup disuatu
wilayah secara berkelanjutan, konsep daya dukung menjadi lebih rumit karena
peranan yang unik dari kebudayaan manusia. Terdapat tiga factor kebudayaan yang
saling terkait secara kritikal dengan daya dukung suatu wilayah (ranganathan
dan daily, 2003) yaitu :
1. Perbedaan-perbedaan individual dalam hal tipe
dan kuantitas sumber daya yang dikonsumsi.
2. Perubahan yang cepat dalam hal pola konsumsi
sumberdaya.
3. Perubahan teknologi dan perubahan budaya
lainnya.
Ecological footprint
(jejak ekologi) adalah suatu metode penghitungan sumberdaya yang memperkirakan
konsumsi sumberdaya alam dan penyerapan limbah yang diperlukan sebuah populasi
manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk :
1. Luas lahan area produktif (Wackernagel and Rees,
1996).
Analisis jejak ekologi
ini menghitung dampak aktifitas manusia terhadap alam. Metode ini mampu
menjawab pertanyaan dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu seberapa besar
sumberdaya alam yang telah digunakan manusia dibandingkan dengan
ketersediaannya sehingga konsep ini dapat membantu mencapai pembangunan
keberlanjutan. Menurut Wackernagel et.al. (2005) penelitian tentang jejak
ekologi merupakan salah satu upaya mendukung keberhasilan pemerintah nasional
ataupun lokal dalam membantu penduduknya hidup berkecukupan baik sekarang
maupun dimasa depan. Walaupun keberadaan modal alami, kemampuan alam untuk
menyediakan sumber daya dan pelayanan ekologi bukanlah satu-satunya penentu
keberhasilan ini. Namun tanpa modal alami, visi tersebut menjadi tidak mungkin
untuk diwujudkan. Hasil penelitian Globalfootprint Network tahun 2006 dengan
populasi penduduk dunia 6,6 milyar jiwa, menunjukan total biocapacity
(kapasitas produksi secara hayati) adalah 11,9 milyar global hektar (gha) atau
1,8 gha perkapita, sedangkan total jejak ekologi adalah 17,1 milyar gha atau
2,6 gha perkapita. Hal ini berarti rata-rata penduduk bumi mengalami defisit
0,8 gha, yang berarti diperlukan 1,44 planet bumi untuk menopang kehidupan
manusia. Penggunaan bumi berdasarkan jejak ekologi tahun 2006 adalah jejak
karbon (carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar gha, jejak pertanian (cropland
footprint) 3,7 gha, jejak hutan (forest footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan
(grazingfootprint) 1,4 gha, jejak perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan
jejak terbangun (build footprint) 0,4 gha
(Globalfootprint network, 2006).
2. Jika konsumsi manusia lebih besar dari
biokapasitas alam akan mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat ekstraksi
sumberdaya alam yang berlebihan dan akan menurunkan kemampuan alam dalam
mendukung kebutuhan hidup manusia. Salah satu konsumsi yang besar pengaruhnya
dalam perhitungan jejak ekologi adalah konsumsi pangan (Wackernagel and Rees,
1996). Jejak makanan (food footprint) menghitung dampak aktifitas konsumsi
pangan manusia terhadap alam. Dampak meliputi area lahan yang dibutuhkan untuk
memproduksi biomassa, lahan hutan untuk menyerap sampah dan CO2 dalam produksi
tersebut dan lahan perairan dalam memproduksi perikanan. Semakin jauh lokasi
sumber pangan dengan konsumen dan semakin sering mengkonsumsi pangan kemasan,
maka semakin besar pula luasan lahan yang diperlukan untuk memenuhinya(Bond,
2002).
Penghitungan
ekologi Footprint selalu didasarkan dengan lima asumsi (venetoulis dan
thalberth, 2005) sebagai berikut :
1. Sangat mungkin menelusuri jejak hampir seluruh sumber daya yang
dikonsumsi orang dan limbah yang dihasilkannya. Informasi ini dapat ditemukan
di kantor statistic.
2. Hampir semua sumber daya dan aliran limbah dapat dikonfersi
menjadi area produktif biologis yang dibutuhkan untuk memelihara aliran
tersebut.
3. Perbedaan area dapat diekspresikan dalam satu
unit yang sama (hektar atau are) yang disebut dengan skala proporsional
produktivitas biomassa.
4. Sesudah setiap ukuran lahan distandarisasi yang
menunjukan jumlah yang sama dari produktivitas biomassa, maka dapat ditambah
dengan jumlah permintaan yang ditunjuk oleh manusia.
5. Area bagi total untuk permintaan manusia ini dapat dibandingkan
dengan jasa ekologis yang ditawarkan alam, saat itulah kita dapat menaksir area
produktif diatas planet.
C. Kebutuhan
Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia
Tabel 1. Kebutuhan
Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria
No
|
Kebutuhan Lahan
|
Jumlah (Ha/ orang)
|
Persentase
|
1
|
Lahan energi
|
0.201
|
25.70
|
2
|
Lahan terdegradasi
|
0.26
|
33.30
|
3
|
Kebun
|
0.026
|
3.33
|
4
|
Lahan pertanian
|
0.013
|
1.66
|
5
|
Lahan peternakan
|
0.072
|
9.21
|
6
|
Hutan
|
0.21
|
26.90
|
|
Total Kebutuhan Lahan
|
0.78
|
100
|
Sumber
: Laporan Final Kajian daya Dukung Lingkungan P.Jawa, Jakarta PT. Lemtek
Konsultan Indonesia, 2007.
Rincian asumsi untuk
menetapkan kebutuhan lahan perorang adalah :
1. Kebutuhan
pangan adalah berdasarkan 4 sehat 5 sempurna
2. Kebutuhan
papan digunakan standart T 76 perumahan dept. PU :90 m2 untuk keluarga terdiri
dari 3 orang atau 20-30 m2 per orang.
3. Kebutuhan
transfortasi setara 120 kg beras /tahun
4. Kebutuhan
energi setara 120 kg beras / tahun
5. Kebutuhan
untuk daur ulang (air, CO2, limbah/sampah lainnya) setara dengan 120 liter
air/hari untuk kemampuan hutan mendaur ulang air 0.3 liter air untuk setiap 1
liter dengan tinggi curah hujan rata-rata 2000-2500 mm dan 56 kg CO2 perhektar
hutan serta keanekaragaman hayati.
Manusia hidup butuh PANGAN yang didapatkan dari
proses BUDIDAYA TANAMAN, yang butuh lahan yang luas. Luasan lahan pertanian di
Indonesia saat ini mengalami penciutan akibat perubahan fungsi.
Daya dukung bumi (earth carrying capacity)
secara spasial berhubungan dengan ketersediaan lahan dimana suatu komunitas
tinggal. Konsep kapasitas daya dukung bumi tersebut mengukur besaran maksimum
populasi yang mampu ditopang secara berkelanjutan oleh luasan area tertentu di
bumi.
BAB III
PEMBAHASAN
Analisis EF (ecological footprint) sendiri tampaknya
beranjak dari pemikiran yang sederhana, yakni kapasitas daya dukung area
(lahan) produktif (biocapacity) untuk hidup manusia. Lahan produktif itu
hanya berupa daratan dan perairan, yang sebenarnya pun tak bisa dimanfaatkan
keseluruhannya. Jadi berapa yang bisa diambil dari alam oleh manusia untuk
hidup dan berapa sampah yang harus kembali dibuang ke alam oleh manusia dalam
cakupan wilayah tertentu. Eksploitasi oleh manusia dari alam itu bisa dalam
bentuk dan berbagai macam kegiatan, misal makan, transport, energi, dan
sebagainya. Besaran area analisisnya adalah populasi penduduk yang bisa sangat
bervariasi, mulai dari individu atau keluarga, atau melebar mulai dari kota,
wilayah, negara, atau bahkan seluruh bumi. Kondisi saat ini pun diketahui bahwa kapasitas penggunaan alam untuk hidup manusia
telah 23% melampui kemampuan regenerasi bumi itu sendiri. Dalam istilah EF,
kelebihan dari kemampuan daya dukung alam ini disebut overshoot.
Mengutip temuan Mathis Wackernagel dkk. bahwa individu di bumi ini
saat ini mengambil jatah rata-rata sekitar 2.2 ha, namun karena ada hak pula
dari makhluk lain yang dinamakan “earth share”, maka jatah manusia sebenarnya
tinggal 1.87 ha. Untuk kasus saat ini saja, penduduk bumi telah berhutang
hampir 0.4 ha. Dari beberapa laporan studi ternyata juga terlihat bahwa makin
majunya sebuah negara makin besar jejak ekologi yang harus dibayarnya. UAE
11.9, Amerika 9.5 ha, Inggris 5.45 ha, Wales 4.45 ha, Swiss 4 ha, Indonesia 1.1
ha, dan Bangladesh rata2 0.5 ha. Membacanya, untuk menuruti gaya hidup orang
Amerika, maka area yang mereka huni harus dijembarkan menjadi 9.5 kalinya
sekarang. Mereka juga telah mengalami apa yang dinamakan ecological
deficit, sedang orang Bangladesh boleh lah disebut memiliki ecological
reserve. istilah ini digunakan untuk membandingkan jejak ekologi dan
kapasitas biologinya.
Beberapa faktor yang menjadi komponen penghitungan adalah
bagaimana jejak rantai makanan (food), tempat berteduh (shelter), perjalanan
untuk berkegiatan (mobility), barang (goods), jasa (service).
Dari 5 jejak ini terasa mobilitas, makanan, dan perumahan mendapat porsi
penyelidikan yang besar. Sebaliknya barang dan jasa hanya sekelumit mendapat
penilaian.
Menghitung Jejak Ekologi Pribadi
Jejak ekologi adalah satu sistem yang
mengukur seberapa banyak tanah dan air yang diperlukan populasi manusia untuk
menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan menyerap limbah yang
dihasilkannya. (Wackernagel & Rees, 1996)
Jejak Ekologis Saya
|
No.
|
Hal
|
Skor
|
A.
1.
|
Transportasi
Dengan apa anda
bepergian hari ini?
Berjalan
Bersepeda
Naik Angkutan Umum
Menumpang
Naik Kendaraan Pribadi
(Kalikan setiap skor
dengan berapa sering hal tersebut dipakai dalam satu hari dan kemudian
ditotalkan)
|
0
5
10
15
30
Sub–Total : 2 x 30 = 60
|
B.
1.
|
Pemakaian Air
Berapa banyak air yang
dipakai ?
Tidak mandi
Mandi, 1-2 menit
Mandi, 3-6 menit 2x 10
Mandi, 10 menit
Mandi dengan satu bath tub penuh
Mandi dengan air ½ bath tub
Mandi dengan air bekas orang lain
Menggosok gigi dengan air keran tetap mengalir
i.) Mencukur kumis / jenggot dengan air kran tetap
mengalir
|
0
5
20
20
20
10
10
5
5
Sub–Total : 20
|
C.
1.
2.
3.
4.
5.
|
Pakaian
Apakah anda memakai
baju lebih dari sekali sebelum dicuci?
Sering
Kadang-kadang 2x 5
Tidak pernah
Saya menggunakan
pakaian bekas (diperbaiki)
Ya
Tidak
Saya memperbaiki baju
saya sendiri
Ya
Tidak
50% dari baju saya
adalah baju turunan
Ya
Tidak
Saya membesihkan dan
mengeringkan baju
None
1-5 lembar
> 6 lembar
|
0
10
10
-5
0
-5
0
-5
0
0
10
20
Sub–Total : 30
|
D.
1.
2.
3.
|
Rekreasi
Mengenali permainan,
olahraga, dan aktivitas dimana anda terlibat, pada hari biasa diwaktu panjang
Seberapa banyak alat
yang diperlukan
Tidak ada atau sedikit
Beberapa
Cukup banyak
Seberapa luas lahan
yang digunakan untuk bermain dilapangan, dataran es, kolam renang, untuk
memenuhi kebutuhan rekreasi anda?
Tidak ada atau sedikit
Sedang (< 1 hektar)
Cukup besar (> 1 hektar)
Saya menghabiskan uang
hari ini untuk belanja (pakaian, baju, peralatan olahraga, dll)
Tidak ada
$5
$10
d.) >$10
|
0
10
20
0
10
20
0
10
20
1
pt. per dollar
Sub–Total : 30
|
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Makanan
Berapa porsi daging
yang dimakan sehari ?
0
1 porsi
2 porsi
3 porsi
Seberapa banyak makan
bersisa dipiring ?
Tidak ada
Sedikit
Cukup banyak
Saya mengkonsumsi sisa
campuran sayur dan buah
Ya
Tidak
Makanan yang saya
makan adalah makanan lokal?
Semuanya
Beberapa
Tidak ada
Makanan yang saya
makan adalah produk organik?
Semuanya
Beberapa
Tidak ada
Makanan yang
dikonsumsi dibungkus kertas / plastik ?
Tidak
Beberapa
c.) Semuanya
|
0
10
20
30
0
5
10
0
10
0
10
20
0
10
20
0
10
20
Sub–Total : 45
|
F.
1.
|
Sampah
Jika saya membuang
seluruh sampah hari ini, seberapa besar tempat sampahnya ?
Peti kayu
Kotak sepatu
Secangkir
Tidak ada sampah
|
30
20
5
0
Sub–Total : 5
Total 1 = 190
|
G.
|
Ruang Tinggal
Hitung dalam satuan
meter persegi ruang indoor yang diperlukan dalam keseharian, termasuk semua
ruangan dirumah (termasuk garai, sekolah (kantin, kelas), kantor (ruang
kantor pribadi, area kerja, toilet). Bagi luas total ruangan dengan jumlah
orang didalamnya
Contoh :
Living Space
Averages Educ.Space /
Per Student
Ave Dorm Space – 25 sq
m Classroom and Lab – 30 sq m
Ave Apt.
Space - 35 sq m Administration – 3 sq m
Other
– 5 sq m
Add up
“a-d” for “Total Square Meters”
( 1 sq. meter = 10 sq.
feet)
a) “Home” sq. meters = 240
Divided by # of people
= 40
b) Schools sq. meters =_________________ sq.
meters
Divided by # of people
= _____________ sq. meters
c) Office sq. meters = 100 sq. meters
Divided by # of people
= 2 sq. meters
d) Other sq. meters = ________________ sq. meters
Divided by # of people
= ___________ sq. meters
|
Total 2 = 40 + 2 = 42
|
TOTAL KESELURUHAN = (Total 1 + Total 2) X 3
= (190 + 42) X 3 = 696
Anda telah menghitung
total dari “tiga” tipikal dari keseharian anda. Sekarang ubah total
keseluruhan tersebut menjadi jejak ekologis pribadi anda, menggunakan rumus
dibawah :
Total keseluruhan dibagi 100 = Jejak Ekologis anda dalam satuan
hektar
Jejak Ekologis Pribadi = 696 / 100 = 6,96 hektar.
|
BAB IV
PENUTUP
Dalam hitungan jejak ekologi (ecological footprint), kita bisa
menilai sejauhmana tingkat konsumsi kita mempengaruhi kualitas lingkungan hidup
kita dan tentu saja berapa besar kemudian korban yang ditimbulkan akibat
kerusakan lingkungan hidup yang bersumber dari pola konsumsi. Hitungan jejak
ekologi ini memang cara menghitung dengan cepat dan relatif akurat untuk
perseorangan yang bisa dihitung perbulan atau pertahun, dan tentu saja ini bisa
diterapkan dimana saja termasuk di Indonesia yang tingkat kerusakan ekologinya
begitu tinggi. Hasil dari hitungan ecological footprint kita mungkin akan
sangat mengagetkan, tapi hitungan ini sekaligus bisa menjadi “alat” bagi kita
untuk mulai mengurangi tingkat konsumerisme dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Monfreda, C., M.
Wackernagel and D. Deumling. "Establishing national natural capital
accounts based on detailed Ecological Footprint and biological capacity
assessments." Land Use Policy 21 (2004): 231-246.
Wackernagel, Mathis and
W. Rees. Our Ecological Footprint. Gabriola Island, BC: New Society Publishers,
1996.